Petikan hikmah pengajian malam ini:
Pernahkah kita mendengar
riwayat yang menyatakan bahwa ada satu diantara tiga doa Rasulullah SAW yang
tidak dikabulkan oleh Allah??? Kita mendengar bahwa yang tidak dikabulkan itu
adalah agar umat islam terbebas dari pertikaian antara sesama umat islam.
Pada pengajian malam ini
ada tadabur yang menarik bagi saya pribadi, benarkan ada doa Rasulullah SAW yang
tidak terkabul? padahal jangankan Rasulullah SAW, doa kita sebagai manusia
biasa saja Allah jamin akan kabulkan, “Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku
kabulkan.” (QS. Al-Mu’min: 60). Lalu kenapa doa sekelas Rasulullah SAW
tidak dikabulkan?
Maka dari sana munculah
tadabur atas hadits diatas, makna yang tepat bukanlah di tolak melainkan doa
tersebut di diamkan. Bukankah Allah SWT berfirman "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai …” (Q.S Ali Imran 103).
Bagaimana mungkin Allah memerintahkan kita untuk tidak bercerai berai sedangan mustahil
persatuan terjadi jika benar Doa Rasulullah tersebut tidak dikabulkan. Tidak mungkin
kita diperintahkan kepada sesuatu yang mustahil kita lakukan. Maka arti di
diamkan disini adalah doa tersebut akan dikabulkan manakala syarat dan kondisi terpenuhi.
Jadi selama kita belum memantaskan diri, menggenapkan kondisi, dan memenuhi
syarat yang dimintai, maka selama itu pula persatuan umat mustahil terjadi.
Mari kita lanjutkan
ayatnya “… dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali
Imran 103). Sebelum Rasulullah lahir terdapat suku Aus dan Khajraj yang
kala itu saling bermusuhan, konon kisaran 400 tahun mereka seperti itu. Artinya
sudah lebih dari 7 turunan mereka mempunyai kebiasan bertikai, berperang, dan
tak mau saling mengenal antara satu dan lainnya hingga akhirnya Rasulullah
mengutus Mushab bin Umair. Mushab bin Umair adalah seorang pemuda yang tampan
dan gagah sehingga dengan hanya melihatnya saja orang sudah yakin dengan apa
yang akan beliau sampaikan. Sebelumnya Rasulullah bertanya kepada Mushab,
perkataan beliau kurang lebihnya seperti ini : “Ya Mushab dengan apa engkau
akan memutuskan perkara diantara dua kaum tersebut”, maka Mushab berkata “saya
akan memutuskannya sesuai tuntunan dari Al-Qur’an”. Rasulullah bertanya kembali
: “bagaimana jika engkau tidak mendapatinya di dalam Al Quran”. “Maka aku memutuskannya
dengan sunnah dari mu” jawab Mushab. Mushab juga pandai berkomunikasi sehingga
kaum Aus dan Khajraj bisa berdamain berdampingan.
Dari sini bisa kita
tadaburi bahwa kita perlu mengutus atau mendelegasikan tugas-tugas kita kepada
orang yang tepat baik itu dari segi fisiknya yang mumpuni (karna hal ini juga
berpengaruh pada psikologis oranglain dalam memandang suatu hal) dan yang
terpenting bagaimana orang yang kita delegasikan mempunyai kemampuan yang
mumpuni. Jadi jangan memilih hanya karna alasan orang tersebut baik dan jujur,
tapi yang terpenting pilihlah orang yang mampu dan mumpuni. Hal ini bukan hanya
berlaku untuk urusan agama saja tapi juga berlaku di lingkungan organisasi bahkan
dilingkungan bisnis sekalipun.
Masih banyak sebenarnya
hikmah yang ingin saya share dari pengajian malam ini. Dari bagaimana cara
mengahadapi tipikal orang koleris, plagmatis, sanguis, dan melankolis. Hanya waktu
sudah menunjukan pukul 24.45 saatnya memberikan hak kepada tubuh untuk beristirahat.
Akhir kalimat dari saya:
Kala oknum-oknum, dari beberapa
Organisasi keislaman saling sikut, saling caci, saling maki, saling benci,
Alhamdulillah secercah harapan terlihat dari sikap guru-guru kita yang dengan
sangat baik dan ramah menasehati tanpa menggurui, tak ada rasa benar sendiri,
saling memberikan solusi, saling memahami, saling mengerti, saling mencintai
karena Allah. Dan sosok-sosok Mushab masa kini tercermin dari gurunda kita
Ustadz Firanda dari Salafi, Ustdaz Felix Siaw dari HTI, dan Ust Salim A Fillah
dari Tarbiyah. Mari kita tauladani mereka, walau mereka berbeda organisasi
keislaman tapi tak menjadi halangan mereka saling dukung dan saling sanjung tak
seperti kita yang lebih senang saling tikung. Mudah-mudahan masih banyak
ustadz-ustadz lainnya seperti mereka sehingga persatuan bukan hanya mimpi
karena harapan itu akan selalu ada.
Mohon maaf jika terjadi
salah ketik dan salah pengejaan karena mata sudah 5 watt , ngantuk dan artikel
ini dikerjakan dalam cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya (40
menit)
Satu Hal praktis yang bisa menjadi solusi kita yaitu sabar dan Do’a, seperti Aid Al-Qarni dalam bukunya La
Tahzan “Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat
rumit dan tipu muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat
shalat, dan shalatlah”.
“Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Akhir kalam mari kita
berdoa : Robbi Sohri Sodri Waya Sirli Amri Wahlul Udatal Milisani Yafkohu
Kaouli
~Hanya sebatas tadabur dari orang yang tak paham ilmu~
~sangat besar kemungkinan salahnya maka jangan dijadikan rujukan utama yah ;)~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar